Sunday, August 10, 2025

Bangun Keluarga dari Nol

 ﷽

📌 Bangun Keluarga dari Nol
👤 Ustadz Mufy Hanif Thalib, Lc — hafizhahullah

“Keluarga kokoh tak lahir dari kebetulan… mari kita bangun dari nol, dengan bimbingan ilmu dan iman.”

🗓 Ahad Pagi
16 Safar 1447H / 10 Agustus 2025
⏰ 09.00 WIB – selesai
📍 Masjid Al-Aziz, Jl. Soekarno Hatta No. 662 Bandung

https://www.youtube.com/live/RQBhKAXvvOE?si=PdZ8zJ7TZMEt6Ype

Ada 4 poin yang menjadi landasan kajian :

1. Kita semua harus sadar tujuan penciptaan kita (untuk beribadah). 
Menikah adalah salah satu bentuk ibadah kepada Allah.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku." (Adz-Dzariyat 56).

2. Kebahagiaan dan kesuksesan yang hakiki adalah masuk surga.
فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
"Maka barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh dia memperoleh kemenangan. Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdaya."
(Ali ‘Imran ayat 185).
Kalimat 'mata' pada ayat diatas bermakna 'terbatas' sehingga semua kenikmatan yang ada hanyalah sementara.

3. Kita harus meyakini bahwa dunia adalah jembatan menuju akhirat.
Perkataan Ali bin Abu Thalib:

إِنَّ الدُّنْيَا قَدْ رَحَلَتْ مُدْبِرَةً، وَإِنَّ الآخِرَةَ قَدْ أَقْبَلَتْ مُشْمِرَةً، وَلِكُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا بَنُونَ، فَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الآخِرَةِ، وَلَا تَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الدُّنْيَا، فَإِنَّ الْيَوْمَ عَمَلٌ وَلَا حِسَابَ، وَغَدًا حِسَابٌ وَلَا عَمَلَ.
"Sesungguhnya dunia telah pergi menjauh, dan akhirat telah datang mendekat, dan masing-masing dari keduanya memiliki pengikut. Maka jadilah kalian pengikut akhirat, dan jangan menjadi pengikut dunia. Sesungguhnya hari ini adalah (waktu untuk) beramal tanpa hisab, sedangkan besok adalah hisab tanpa amal."
Hadist Rasulullah :
مَا لِي وَمَا لِلدُّنْيَا، إِنَّمَا مَثَلِي وَمَثَلُ الدُّنْيَا كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ، ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا
"Apa urusanku dengan dunia ini? Sesungguhnya perumpamaanku dan perumpamaan dunia hanyalah seperti seorang pengendara yang berteduh di bawah pohon, lalu ia pergi dan meninggalkannya."
(Imam Ahmad - Musnad Ahmad 2748)

4. Berlomba-lomba mengejar akhirat.
Menikah adalah ibadah dan menikah adalah bagian ibadah, dan ibadah yang panjang waktunya dan merupakan anjuran :
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ :
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ البَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ، وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ
(رواه البخاري رقم 5066، ومسلم رقم 1400)
"Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian mampu (menanggung pernikahan), maka hendaklah ia menikah, karena menikah itu lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Dan barangsiapa belum mampu, hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu menjadi perisai baginya."

Salah satu jalan yang dapat menjadi pendukung masuk surga adalah menikah, 
Harta yang baik disimpan dirumah :
1. Lisan yang selalu berdzikir.
2. Hati yang pandai bersyukur.
3. Istri yang membantu suaminya untuk selalu taat pada Allah.
خَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ
(رواه مسلم رقم 1467)
"Sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang shalihah."

Apakah tujuan menikah : 
1. Nikah adalah fitrah manusia, untuk memenuhi kebutuhan asasi manusia.
2. Membentengi ahlak, budi pekerti dan menundukkan pandangan.
3. Membangun dan menegakkan rumah tangga yang islami (sesuai syariat).
4. Meningkatkan ibadah kepada Allah.
قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيَأْتِي أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ، وَيَكُونُ لَهُ فِيهَا أَجْرٌ؟ فَقَالَ: أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِي حَرَامٍ، أَكَانَ عَلَيْهِ وِزْرٌ؟ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِي الْحَلَالِ كَانَ لَهُ أَجْرٌ. وَفِي بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ
Mereka (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah salah seorang di antara kami mendatangi istrinya untuk menyalurkan syahwatnya lalu ia mendapatkan pahala?” Beliau bersabda, “Bagaimana menurut kalian jika ia meletakkannya pada yang haram, bukankah ia berdosa? Demikian pula jika ia meletakkannya pada yang halal, maka ia mendapatkan pahala. Dan pada kemaluan salah seorang di antara kalian terdapat sedekah.”
دِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِي رَقَبَةٍ، وَدِينَارٌ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى مِسْكِينٍ، وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ، أَعْظَمُهَا أَجْرًا الَّذِي أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ
“Satu dinar yang engkau nafkahkan di jalan Allah, satu dinar yang engkau nafkahkan untuk memerdekakan budak, satu dinar yang engkau sedekahkan kepada orang miskin, dan satu dinar yang engkau nafkahkan kepada keluargamu — yang paling besar pahalanya adalah yang engkau nafkahkan kepada keluargamu.”
(HR. Muslim)
5. Memperoleh keturunan yang Sholeh.
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
“Ya Tuhanku, anugerahilah aku (seorang anak) yang termasuk orang-orang shalih.” (As-Saffat: 100)
النَّصُّ العَرَبِيّ :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
"إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ"
(رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:
“Apabila manusia meninggal, maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakannya.”
(HR. Muslim)

Kriteria pasangan Wanita untuk dinikahi :
النص العربي :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ :
«تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ: لِمَالِهَا، وَلِحَسَبِهَا، وَلِجَمَالِهَا، وَلِدِينِهَا، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ »
(رواه البخاري ومسلم)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi ﷺ beliau bersabda:
“Wanita dinikahi karena empat perkara : karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah yang beragama, niscaya engkau akan beruntung.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Kriteria pasangan Pria untuk dinikahi :
إِذَا خَطَبَ إِلَيْكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِينَهُ وَخُلُقَهُ فَزَوِّجُوهُ…
“Jika datang kepadamu orang yang kamu ridai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah dia... Jika tidak, akan terjadi fitnah di bumi dan kerusakan yang luas.” 
(HR. Tirmidhi 1084) 

Langkah - langkah memilih pasangan Wanita shalihah :
1. Lihat dari cara berpakaian, tidak terlihat lekuk tubuhnya.
2. Baik akhlaknya, lihat kehidupan sosialnya.
3. Menjaga lisan.
4. Tidak bermudah-mudahan dengan laki-laki bukan mahram.
5. Berbakti kepada orang tua.
6. Berbuat baik dengan tetangganya.
7. Cari yang bapaknya mengendalikan rumah tangga.
8. Utus Ibu untuk melihat calon menantunya.

Mencari pasangan menurut ulama :
1. Cari yang baik agamanya.
2. Sekufu / sebanding dalam hal kedudukan, agama, dan nasab. Adapun secara syariat menurut Imam Syafii sebanding dalam ¹agama, ²nasab, ³kemerdekaan, ⁴pekerjaan, ⁵terlepas dari aib & ⁶kekayaan, sehingga setara dalam keagamaan dan status sosial.
3. Mencari yang enak dipandang, tujuan dari syariat nadzhor (melihat calon pasangan) dan ta'aruf.
عَنْ جَابِرٍ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ ﷺ يَقُولُ:
إِذَا أَحَدُكُمْ أَعْجَبَتْهُ الْمَرْأَةُ فَوَقَعَتْ فِي قَلْبِهِ فَلْيَعْمِلْ إِلَى امْرَأَتِهِ فَلْيُوَاقِعْهَا فَإِنَّ ذَلِكَ يَرُدُّ مَا فِي نَفْسِهِ
Jika salah seorang dari kalian dibuat terpesona oleh seorang wanita sehingga menimbulkan keinginan di hatinya, maka hendaklah ia mendatangi (hubungan suami-istri dengan) istrinya, karena hal itu akan menolak apa yang ada dalam dirinya.(H.R. Muslim)

Barakallahu fiikum
Wa jazakumullahu khair.

Wednesday, July 30, 2025

Pokok - Pokok Akidah (Bagian 3)

 ﷽

Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi hafizahullohuta'ala

Masjid Al-Aziz  Jl. Soekarno Hatta No. 662 Bandung

Kitab Ushul Sunnah - Imam Ahmad bin Hambal.

https://www.youtube.com/live/g4ZsalsuEks?si=aceHZW-nfPYDzbYl

Faidah-faidah dari mempelajari kitab-kitab aqidah ahlu sunnah para salaf :
1. Mengokohkan kita diatas pondasi yang kuat dengan Al Qur'an dan Sunnah.
2. Membentengi diri dari syubhat ahlul bid'ah.
3. Memahami aqidah dengan mudah (kitab aqidah ditulis para ulama dengan bahasa yang mudah dipahami).
4. Menguatkan hubungan antara kita dengan ulama-ulama salaf (penulis kitab).
5. Membentengi para pemuda dengan aqidah yang benar dan kokoh.

Menjauhi mendebat para pengikut hawa nafsu dan duduk bersama mereka, serta meninggalkan berdebat dalam agama. 

1) Larangan duduk dengan pengikut hawa nafsu (ahlul bid'ah).
Agama ini bukan berdasarkan hawa nafsu, perasaan ataupun akal, agama ini berdasarkan wahyu dari Al Qur'an dan Hadist.

Sifat dasar manusia adalah lemah ;

QS. An-Nisa 28 :
يُرِيدُ ٱللَّهُ أَن يُخَفِّفَ عَنكُمْ ۚ وَخُلِقَ ٱلْإِنسَـٰنُ ضَعِيفًۭا
Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, karena manusia diciptakan bersifat lemah.

QS. Al Kahfi 28 :
وَٱصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِٱلْغَدَاةِ وَٱلْعَشِىِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُۥ ۖ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُۥ عَن ذِكْرِنَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ وَكَانَ أَمْرُهُۥ فُرُطًۭا
Bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang-orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan petang hari dengan mengharap keridaan-Nya. Dan janganlah engkau palingkan pandanganmu dari mereka karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia. Dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti keinginannya dan keadaannya melewati batas.

Hadist :
مَثَلُ الجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالجَلِيسِ السَّوْءِ كَحَامِلِ المِسْكِ وَنَافِخِ الكِيرِ، فَحَامِلُ المِسْكِ: إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً، وَنَافِخُ الكِيرِ: إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً
Perumpamaan teman duduk yang baik dan teman duduk yang buruk adalah seperti pembawa minyak wangi dan peniup api (pandai besi). Pembawa minyak wangi bisa jadi memberimu (minyak itu), atau kamu membeli darinya, atau kamu mencium bau harum darinya. Sedangkan peniup api bisa jadi membakar pakaianmu, atau kamu mencium darinya bau yang busuk. (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalil mengapa ulama melarang duduk dengan ahlul bid'ah :

QS. Al-An'am 68 :
وَإِذَا رَأَيْتَ ٱلَّذِينَ يَخُوضُونَ فِىٓ ءَايَٰتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّىٰ يَخُوضُوا۟ فِى حَدِيثٍ غَيْرِهِۦ ۚ وَإِمَّا يُنسِيَنَّكَ ٱلشَّيْطَٰنُ فَلَا تَقْعُدْ بَعْدَ ٱلذِّكْرَىٰ مَعَ ٱلْقَوْمِ ٱلظَّـٰلِمِينَ
Apabila engkau melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sampai mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika setan menjadikan engkau lupa, maka janganlah engkau tetap duduk bersama orang-orang zalim itu setelah teringat.

Menurut sahabat Ibnu Abbas : Masuk didalam ayat ini adalah ahlul bid'ah.
Menurut Imam Al Syauqani : Terdapat pelajaran dalam ayat tersebut, apabila tidak dapat mengingkari kemungkaran yang mereka lakukan maka setidaknya jangan ikut duduk, agar tidak dijadikan alasan pembenaran oleh orang awam terhadap kebid'ahan mereka. Karena lebih besar mudharatnya dibanding duduk dengan ahli maksiat.

HR. al-Bukhari dalam Adab al-Mufrad :
فِرَّ مِنَ الْمَجْذُومِ فِرَارَكَ مِنَ الأَسَدِ
Larilah dari orang yang mengidap lepra sebagaimana engkau lari dari singa.

Sedangkan bid'ah lebih berbahaya daripada penyakit dunia.

Hadist riwayat Abu Dawud no. 4319 :
 مُؤْمِنٌ فَيَتَّبِعُهُ مِمَّا يَبْعَثُ بِهِ مِنَ الشُّبُهَاتِ
Barang siapa yang mendengar tentang (kemunculan) Dajjal, maka hendaklah ia menjauh darinya. Demi Allah, sungguh seseorang mendatanginya dalam keadaan merasa dirinya beriman, namun akhirnya ia mengikuti Dajjal karena terpengaruh oleh syubhat (keraguan dan tipu daya) yang dibawanya.

Dajjal memiliki 2 makna :
1) Dajjal akbar, yang keluar pada akhir zaman.
2) Dajjal dengan makna para pendusta (para ahlul bid'ah termasuk didalam kategori ini).

Hadist riwayat Ahmad no. 1473, Darimi :

عَنْ جَابِرٍ، قَالَ: أَتَى عُمَرُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكِتَابٍ أَصَابَهُ مِنْ بَعْضِ أَهْلِ الْكِتَابِ، فَقَرَأَهُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَغَضِبَ وَقَالَ:
«أَمُتَهَوِّكُونَ فِيهَا يَا ابْنَ الْخَطَّابِ؟ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَقَدْ جِئْتُكُمْ بِهَا بَيَضَاءَ نَقِيَّةً، لَا تَسْأَلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ عَنْ شَيْءٍ، فَيُخَبِّرُوكُمْ بِحَقٍّ فَتُكَذِّبُوا بِهِ، أَوْ بِبَاطِلٍ فَتُصَدِّقُوا بِهِ...»

Dari Jabir radhiyallahu 'anhu, ia berkata :
"Umar datang kepada Nabi ﷺ dengan membawa sebuah tulisan dari ahli kitab (Taurat), lalu ia membacanya kepada Nabi ﷺ. Maka Nabi pun marah seraya bersabda:

'Apakah engkau ragu dan bingung, wahai Ibnul Khattab? Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh aku telah membawa ajaran yang putih bersih. Janganlah kalian bertanya kepada Ahli Kitab tentang apa pun, karena bisa jadi mereka mengabarkan kebenaran lalu kalian mendustakannya, atau mereka mengabarkan kebatilan lalu kalian membenarkannya…'"

Dalil dari ijma ulama ahlu sunnah :

- Nukilan Hasan. Al Basri : Jangan duduk dengan ahlul bid'ah, jangan mendebat mereka dan jangan mendengarkan mereka.
- Sikap Imam Ibnu Sirrin : Ketika ahlul bid'ah hendak membacakan satu hadist dari ahlul bid'ah, beliau tidak mau mendengarkan.

Mengapa para ulama melarang hal ini ? 
"Karena hati itu lemah dan syubhat kencang menerpa".

Apa bahaya dari semua itu (duduk dengan ahlul bid'ah) ?
1. Dikhawatirkan terkena syubhat dan tak sanggup untuk membantah.
2. Menentang larangan Al Qur'an dan hadist.
3. Menjadikan kita mencintai mereka, padahal agama teman mempengaruhi seseorang.
المرءُ على دينِ خليلِه، فلينظرْ أحدُكم من يُخالِلْ
Seseorang itu berada di atas agama (gaya hidup) temannya, maka hendaklah salah seorang dari kalian melihat dengan siapa ia berteman. (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ahmad. Dihasankan oleh al-Albani)
4. Menguatkan mereka dalam kebid'ahan.
5. Menjadi fitnah bagi orang-orang awam.

Syubhat adalah sallah satu penyakit hati yang berbahaya dan sumber kerusakan agama. Penyakit hati ada 2 :
1. Syubhat, kerancuan dalam agama yang menyerupai kebenaran.
2. Syahwat.

طُوبَى لِمَن كُفِيَ الفِتَنَ، ولِمَنِ ابْتُلِيَ فَصَبَرَ
Beruntunglah orang yang dijauhkan dari fitnah, dan beruntung pula orang yang diuji lalu bersabar.
(HR. Abu Dawud dan al-Hakim, disahihkan oleh al-Albani)

Bagaimana seorang muslim menyikapi syubhat :
1) Langkah sebelum terkena syubhat, adalah dengan menjauhinya, sebagaimana sikap ulama-ulama terdahulu.
2) Langkah bila terpapar syubhat adalah dengan melakukan hal berikut :
a) Hendaknya tegar.
b) Bergantung pada Allah dan banyak berdoa.
اللّهُمَّ يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ، ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ
Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu. (HR. Tirmidzi, Ahmad, dan lainnya. Dinyatakan hasan sahih oleh Tirmidzi)
c) Tidak larut menyimpannya, bersegera melepaskan diri.
d) Bersegera pergi mengobatinya, ke ulama Rabbani yang menguasai Al Qur'an dan As Sunnah.
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.
(QS. An-Nahl: 43 dan QS. Al-Anbiya: 7)
e) Pegang erat-erat kaidah pokok-pokok agama.


2) Larangan berdebat dengan ahlul bid'ah.

Debat atau jiddal terbagi 2 :

1. Debat yang tercela, yaitu jika debat untuk membantah kebenaran, memenangkan kebathilan, tanpa ilmu, tidak jujur atau dengan cara-cara yang kotor.

Dalilnya : 

مَا يُجَادِلُ فِي آيَاتِ اللَّهِ إِلَّا الَّذِينَ كَفَرُوا ۖ فَلَا يَغْرُرْكَ تَقَلُّبُهُمْ فِي الْبِلَادِ
Tidak ada yang memperdebatkan ayat-ayat Allah selain orang-orang yang kafir. Maka janganlah engkau terperdaya oleh perjalanan mereka di negeri-negeri.
(QS. Ghafir: 4)

مَا ضَلَّ قَوْمٌ بَعْدَ هُدًى كَانُوا عَلَيْهِ إِلَّا أُوتُوا الجَدَلَ
Tidaklah suatu kaum sesat setelah mendapat petunjuk, melainkan karena mereka suka berdebat.
(HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad. Dinyatakan hasan oleh al-Albani)

أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا
Aku menjamin sebuah rumah di pinggiran surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan, walaupun ia berada di pihak yang benar.
(HR. Abu Dawud, dinyatakan hasan oleh al-Albani)

2. Debat yang diperbolehkan/ disyariatkan, jiddal bagi mereka yang memiliki ilmu yang kuat, dengan cara yang baik dan benar serta terdapat manfaat yang lebih besar dibandingkan mudharatnya, namun tetap dengan kaidah bahwa hukum asalnya adalah tetap menjauhi jiddal.

ادْعُ إِلِىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasihat yang baik, dan debatlah mereka dengan cara yang paling baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya, dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.
(QS. An-Nahl: 125)

مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ
Di antara tanda kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.
(HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan lainnya – dinyatakan hasan)

Barakallahu fiikum 
Wa jazakumullahu khair.




Sunday, July 27, 2025

Tabligh Akbar - Makna Sebuah Kesabaran.

 ﷽

Di balik tangis yang tertahan,
ada pahala yang disiapkan.
Di balik lelah yang tak terlihat,
ada ampunan yang Allah janjikan.

Kesabaran bukan sekadar diam,
tapi menerima ketetapan-Nya dengan hati yang ridha,
dan terus melangkah dengan harapan akan balasan yang agung di sisi-Nya.

🎙 Ustadz Ammi Nur Baits, S.T., B.A. — Hafizhahullah

https://www.youtube.com/live/tSgrrwvePVE?si=_pDgjofcS2z_Hh0D

Surah Ali 'Imran (3) ayat 106

Arab: يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ ۚ فَأَمَّا ٱلَّذِينَ ٱسْوَدَّتْ وُجُوهُهُمْ أَكَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَـٰنِكُمْ فَذُوقُوا۟ ٱلْعَذَابَ بِمَا كُنتُمْ تَكْفُرُونَ

Pada hari ketika wajah-wajah menjadi putih dan wajah-wajah (lain) menjadi hitam. Adapun orang-orang yang wajahnya menjadi hitam (kepada mereka dikatakan), 'Mengapa kamu kafir setelah beriman?' Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu.

Kelak diyaumil qiyamah Allah akan mengumpulkan manusia sesuai dengan golongannya, maka Ahlu sunnah juga Allah kumpulkan karena kesamaan aqidah dan manhaj.

Dzikrullah adalah bentuk mengingat Allah, diantara ciri ahlul Jannah 

إِنَّمَا يُؤْمِنُ بِآيَاتِنَا ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا۟ بِهَا خَرُّوا۟ سُجَّدًۭا وَسَبَّحُوا۟ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ

 Sesungguhnya orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami hanyalah orang-orang yang apabila diperingatkan dengannya, mereka menyungkur bersujud dan bertasbih memuji Tuhan mereka, sedang mereka tidak menyombongkan diri.

Sabar dalam makna bahasa : Menahan diri, dari semua perbuatan yang merugikan dirinya baik didunia maupun diakhirat, dan sabar itu pahit, seperti namanya yaitu buah Sobar, yang pahit rasanya namun bermanfaat / nikmat hasil akhirnya.

1. Sabar itu bertingkat-tingkat.

Manusia yang tingkat sabarnya paling tinggi adalah Ulus Azmi - dalilnya Al Ahqaf 35

فَٱصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُو۟لُوا۟ ٱلْعَزْمِ مِنَ ٱلرُّسُلِ وَلَا تَسْتَعْجِلْ لَّهُمْ ۚ كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَ مَا يُوعَدُونَ لَمْ يَلْبَثُوٓا۟ إِلَّا سَاعَةًۭ مِّن نَّهَارٍۢ ۚ بَلَـٰغٌ ۚ فَهَلْ يُهْلَكُ إِلَّا ٱلْقَوْمُ ٱلْفَـٰسِقُونَ
Maka bersabarlah engkau (Muhammad) sebagaimana para rasul yang mempunyai keteguhan hati telah bersabar (Rasul Ulul Azmi : Nuh, Ibrahim, Musa, Isa & Muhammad), dan janganlah engkau meminta agar azab disegerakan untuk mereka. Pada hari mereka melihat azab yang dijanjikan (kepada mereka), seolah-olah mereka tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. Suatu penyampaian (yang sempurna). Maka tidak dibinasakan kecuali kaum yang fasik.

Namun bukankah Nabi yang dikenal sabar adalah Nabi Ayub ? Namun tidak masuk dalam Ulul Azmi. Sabarnya Nabi Ayub karena sabar menghadapi musibah, sedangkan sabarnya Ulul Azmi adalah sabar dalam berdakwah menyampaikan risalah. Sabar karena dakwah lebih tinggi statusnya dari sabar karena musibah, sehingga sabar karena dakwah menjadi sebab tidak akan tergolong dalam kelompok orang yang merugi. Dalilnya surah Al Asr :

1. وَالْعَصْرِ
2. إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ
3. إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

1. Demi masa.
2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,
3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.

Puncak ahlak yang paling baik adalah Ahlak Rasulullah, sehingga beliau dimusuhi bukan karena ahlak maupun pribadinya namun dimusuhi karena dakwahnya.

Pada saat Rasulullah hijrah ke Madinah, Rasulullah menugaskan Ali untuk menggantikan posisinya menjaga barang titipan orang-orang kafir dirumah Rasulullah dan mengembalikan barang-barang titipan tersebut.

Al Walid bin Mughirah (Ayah sahabat Khalid bin Walid) adalah orang kafir berpengaruh diatas Abu Jahal, dia dianggap sebagai manusia paling bijak di Mekah, sehingga ketika terdengar kabar akan masuk Islam maka Abu Jahal mendatangi Walid bin Mughirah menanyakan kebenaran berita tersebut, namun ia menyangkalnya, dan dalam usaha mereka untuk menjatuhkan reputasi Rasulullah dengan cara mencari siapapun orang yang pernah mengetahui Rasulullah berdusta, namun tidak menemukan. Orang Musyrik Quraisy masa itu sangat menghargai kejujuran.

2. Sabar itu dapat dipelajari.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
إِنَّمَا العِلْمُ بِالتَّعَلُّمِ، وَإِنَّمَا الحِلْمُ بِالتَّحَلُّمِ...
Sesungguhnya ilmu itu didapat dengan belajar, dan sesungguhnya kelembutan (sifat sabar) itu didapat dengan melatih diri untuk bersikap lemah lembut...
(Hadis ini diriwayatkan oleh al-Khaṭīb al-Baghdādī dalam kitab al-Faqīh wal-Mutafaqqih)

Sehingga majelis ilmu, adalah salah satu wasilah untuk mempelajari kesabaran.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:
"وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ، وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ، إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ"
Dan tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid), mereka membaca Kitab Allah (Al-Qur’an) dan saling mempelajarinya di antara mereka, melainkan akan turun kepada mereka ketenangan, mereka diliputi rahmat, para malaikat menaungi mereka, dan Allah menyebut-nyebut mereka di hadapan (makhluk-Nya) yang berada di sisi-Nya.(HR. Muslim, no. 2699)

3. Sabar itu tugas tanpa batas.

Sabar itu tidak ada ujungnya sehingga Allah jadikan pahala sabar tanpa batas. 

Surah Az-Zumar (39) Ayat 10
إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّـٰبِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ
Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang akan disempurnakan pahala mereka tanpa batas.

Terkait ibadah puasa yang pahalanya tanpa batas, karena puasa menahan diri dari hal yang dihalalkan dan masuk kedalam kesabaran, dalam hadist Qudsi :

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:
"قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصِّيَامَ، فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ..."
"Rasulullah ﷺ bersabda: Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
Setiap amal anak Adam adalah untuknya, kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya...." (HR. Bukhari no. 1904, Muslim no. 1151)

4. Allah banyak memberikan pujian dan balasan yang indah bagi orang yang sabar.

Setidaknya ada salah satu janji Allah bagi orang yang sabar, dalam banyaknya ayat Al Qur'an yang menyatakan Allah mencintai orang yang bersabar.
Surah Ali 'Imran (3) Ayat 146
وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلصَّـٰبِرِينَ
"Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar."
(QS. Ali 'Imran: 146, potongan akhir ayat)

Siapa orang yang paling Allah cintai adalah Khalilullah, Rasulullah dan Nabi Ibrahim adalah Khalilullah.

عَنْ جُندَبٍ رضي الله عنه، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:
"إِنِّي أَبْرَأُ إِلَى اللَّهِ أَنْ يَكُونَ لِي مِنْكُمْ خَلِيلٌ، فَإِنَّ اللَّهَ قَدِ اتَّخَذَنِي خَلِيلًا، كَمَا اتَّخَذَ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا"
"Sesungguhnya aku berlepas diri kepada Allah dari menjadikan seorang pun di antara kalian sebagai kekasih (khalīl). Karena sesungguhnya Allah telah menjadikanku sebagai khalīl (kekasih), sebagaimana Dia telah menjadikan Ibrahim sebagai khalīl."
(HR. Muslim, no. 532)

5. Yang membuat orang bisa sabar adalah yakin.

Sehingga ketika seorang mukmin meyakini janji Allah, setiap musibah apapun akan terasa ringan, sehingga mereka dapat bersabar walaupun hingga titik yang mengancam nyawa. Dalil pada Al Qur'an :

وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا۟ بِـَٔايَـٰتِنَا يُوقِنُونَ
Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka bersabar dan mereka meyakini ayat-ayat Kami. (QS. As-Sajdah: 24)

Sehingga mempelajari Fadhilah Amal akan dapat memperkuat kesabaran. Manfaat belajar Aqidah dan Tauhid akan memperkuat keyakinan seseorang dalam menjawab tantangan hidup.

Pendidikan yang pertama bagi kaum muslimin di Mekah selama 13 tahun adalah penekanan pada masalah aqidah, pada masa itu diturunkan surat Al Mufassol (Surah Qaf hingga - An Nas) yang banyak membahas masalah aqidah.

6. Sabar adalah Solusi ketika mendapat masalah.

Sabar adalah solusi yang Allah sebutkan dalam Al Qur'an. Surat Al-Baqarah ayat 153

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.

Rasulullah menganjurkan mengucapkan Qaddarallāh, wa mā syā’a fa‘al ketika menghadapi musibah agar musibah dunia tidak menjadi musibah dalam agama :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ:
"الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ، وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ، احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ، وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجِزْ، وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ: لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَذَا كَذَا، كَانَ كَذَا وَكَذَا، وَلَكِنْ قُلْ: قَدَّرَ اللَّهُ وَمَا شَاءَ فَعَلَ، فَإِنَّ "لَوْ" تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ."
"Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah, namun pada keduanya ada kebaikan. Bersungguh-sungguhlah terhadap apa yang bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Allah, dan jangan lemah. Jika sesuatu menimpamu, maka janganlah engkau berkata: ‘Seandainya aku tadi melakukan ini dan itu, niscaya akan begini dan begitu.’ Tetapi katakanlah: ‘Qaddarallāh, wa mā syā’a fa‘al’ (Allah telah menakdirkannya dan apa yang Dia kehendaki, Dia lakukan), karena perkataan ‘seandainya’ itu membuka (pintu) perbuatan setan.” (HR. Muslim no. 2664)

Menyikapi musibah :
1. Bersyukur terhadap nikmat yang masih tersisa, setidaknya bukan musibah dalam masalah agama.
2. Tidak berprasangka buruk pada Allah.

Barakallahu fiikum
Wa Jazakumullahu khair.













Wednesday, July 23, 2025

Pokok - Pokok Akidah (Bagian 2)



Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi hafizahullohuta'ala

Masjid Al-Aziz  Jl. Soekarno Hatta No. 662 Bandung

Kitab Ushul Sunnah - Imam Ahmad bin Hambal.

https://www.youtube.com/live/Ai57x7Shj6E?si=_gue1zc2uMItVDgV

Sumber Akidah adalah Hadist Rasulullah.

Pokok-pokok Akidah adalah :

1. Berpegang teguh pada ajaran para sahabat Rasulullah dan mengikuti mereka.
Hadist :
أَصْدَقُ الحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرُ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
 Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah (Al-Qur’an), dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad, dan seburuk-buruk perkara adalah perkara yang diada-adakan (dalam agama), dan setiap yang diada-adakan adalah bid'ah, dan setiap bid'ah adalah kesesatan. (HR. Muslim no. 867)

Definisi sahabat Rasulullah menurut Ibnu Hajar Al-Asqolani :
1) Pernah bertemu dengan Rasulullah.
2) Beriman pada Rasulullah.
3) Mati dalam keislamannya.
Meskipun sebelumnya pernah kafir / murtad.

وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍۙ رَّضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُۖ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَآ أَبَدًاۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung. (At-taubah 100)

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
Sebaik-baik manusia adalah generasiku (para sahabat), kemudian yang datang setelah mereka (tabi'in), kemudian yang datang setelah mereka (tabi'ut tabi'in). (Shahih al-Bukhari, no. 3651, Shahih Muslim, no. 2533)

Kewajiban kita pada para sahabat :
1. Wajib mencintai mereka.
حُبُّ الْأَنْصَارِ مِنَ الْإِيمَانِ، وَبُغْضُهُم مِنَ النِّفَاقِ
Mencintai kaum Anshar adalah bagian dari iman, dan membenci mereka adalah bagian dari kemunafikan.(Shahih al-Bukhari, no. 17 & Shahih Muslim, no. 75)
2. Mendoakan para sahabat.
3. Memuji mereka dan tidak mencela mereka.
لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي، فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا، مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلَا نَصِيفَهُ
Janganlah kalian mencela para sahabatku! Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya salah seorang dari kalian menginfakkan emas sebesar Gunung Uhud, maka itu tidak akan menyamai satu mud (takaran tangan) yang mereka infakkan, bahkan tidak pula setengahnya. (Shahih al-Bukhari, no. 3673)
Karena mencela sahabat : 1)Mencela Allah 2)Mencela Nabi 3)Mencela Agama Islam 4)Mencela mahluk Allah.
4. Berpegang teguh kepada ajaran Rasulullah dengan pemahaman para sahabat. 
وَمَن يُشَاقِقِ ٱلرَّسُولَ مِنۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ ٱلْهُدَىٰ وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ ٱلْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصْلِهِۦ جَهَنَّمَ ۖ وَسَآءَتْ مَصِيرًا
Dan barang siapa menentang Rasul setelah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dipilihnya itu dan Kami masukkan dia ke dalam Jahannam, dan itu seburuk-buruk tempat kembali.(QS. An-Nissa 115)

Mengapa harus mengikuti para sahabat Rasulullah dalam beragama :
1. Allah dan Rasuluullah memuji para sahabat.
2. Sahabat adalah orang yang paling paham agama Islam.
3. Sahabat adalah orang yang paling semangat mengamalkan agama Islam.

Bagaimana mewujudkan berpegang teguh kepada Al Qur'an dan Hadist dengan pemahaman para sahabat Rasulullah :
1. Dengan cara mencintai Al Qur'an, hadist dan Atsar para Sahabat Rasulullah.
2. Dengan mentaati setiap perintah dan larangan.
3. Dengan cara mengilmui Al Qur'an, Hadist dan Atsar para sahabat.
4. Mengagungkan Al Qur'an, Hadist dan Atsar para Sahabat Rasulullah.
5. Meyakini bahwasanya tidak ada hidayah kecuali melalui Al Qur'an, Hadist dan Atsar para sahabat Rasulullah.
6. Memahami Al Qur'an dan Hadits sesuai dengan pemahaman para sahabat, pemahaman diluar pemahaman tersebut adalah bathil.
7. Tegar dan istiqamah mempertahankan Al Qur'an, Hadist sesuai pemahaman para sahabat sampai akhir hayat.

2. Meninggalkan kebid'ahan, dan setiap bid'ah adalah sesat.
أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ، وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ، وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ، فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي، وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ، تَمَسَّكُوا بِهَا، وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ**، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ، فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat (kepada pemimpin), meskipun yang memimpin kalian adalah seorang budak. Sesungguhnya barang siapa yang hidup sepeninggalku nanti, maka dia akan melihat banyak perpecahan. Maka hendaklah kalian berpegang pada sunnahku dan sunnah Khulafa’ ar-Rasyidin yang mendapat petunjuk. Berpegang teguhlah dengannya, dan gigitlah ia dengan gigi geraham (النَّوَاجِذ).'
Dan jauhilah perkara-perkara baru (dalam agama), karena setiap bid'ah adalah kesesatan.HR. (Abu Dawud no. 4607, at-Tirmidzi no. 2676)

Menjauhi bid'ah termasuk didalamnya dalam perkara : 
1. Akidah.
2. Amalan.
3. Ucapan.

Kaidah menurut ulama : 
Hukum asal dalam masalah agama adalah haram sampai ada dalil yang menghalalkannya, adapun hukum asal dalam masalah dunia adalah halal sampai ada dalil yang mengharamkannya.

Mengapa Rasulullah melarang bid'ah, dampak negatif dari bid'ah :
1. Menuduh Islam belum sempurna. (Al Maidah 3)
2. Menuduh Rasulullah berkhianat / menyembunyikan syariat.
3. Menjadikan tandingan bagi Allah, karena yang berhak membuat syariat hanya Allah. (Ash-Shura 21)
4. Menyebabkan perpecahan umat.
5. Mematikan Sunnah.
6. Lebih dicintai Iblis dari maksiat, karena pelaku maksiat menyadari kesalahannya, sedangkan pelaku bid'ah tidak, bahkan meyakini yang dilakukan adalah ibadah.

Sebab tergelincir kedalam bid'ah :
1. Kejahilan / kebodohan.
2. Adanya tokoh-tokoh agama yang jahil.
3. Adat dan khurafat yang bertentangan dengan syari'at yang dipertahankan.
4. Mengikuti hawa nafsu (ahlul ahwa).
5. Berpaling dari pemahaman para sahabat.
6. Tasyabbuh / meniru orang-orang kafir.

Kaidah-kaidah dalam memahami masalah bid'ah :
1. Hukum asal dalam ibadah adalah terlarang sampai ada dalil syariat.
أَنْتُمْ أَعْلَمُ بِأُمُورِ دُنْيَاكُمْ
Kalian lebih mengetahui tentang urusan dunia kalian.(HR. Muslim no. 2363)
2. Tidak ada bid'ah dalam urusan agama yang baik, setiap bid'ah dalam urusan agama adalah kesesatan.
3. Sederhana dalam sunnah lebih baik daripada semangat dan banyak dalam bid'ah.
4. Niat yang baik tidak merubah perkara bid'ah menjadi baik. Karena syarat diterimanya amal adalah ikhlas dan ittiba.
5. Adanya perbedaan pendapat dikalangan ulama tidak boleh dijadikan alasan untuk melakukan perbuatan-perbuatan bid'ah. Karena perbedaan pendapat bukanlah hujjah, hujjah adalah dari Al Qur'an dan hadits.
6. Tersebarnya kebid'ahan ditengah masyarakat tidak menunjukkan bolehnya.

Barakallahu fiikum 
Wa jazakumullahu khair.





Thursday, July 10, 2025

Tawassul & Syafaah

 ﷽

📗 Kitab Mukhtashar Aqidah Islamiyyah minal Kitāb was-Sunnah ash-Ṣaḥīḥah

Ustadz Abdullah Amir Maretan حفظه الله

https://www.youtube.com/live/mPFlHSX0Kgk?si=jH9Kq7E4kFG6mgoz

🏠 Masjid Al-Aziz
📍 Jl. Soekarno Hatta No. 662, Bandung

Apakah kita meminta syafaat dari hamba Allah yang masih hidup ? 
Syaikh menjawab kita meminta syafaat dari orang yang masih hidup dalam urusan dunia namun bukan dalam urusan akhirat, karena perkara ini adalah dibenarkan secara syariat.
Karena memberikan syafaat pada hamba Allah maka orang itu berhak mendapatkan pahala dari Allah, begitu juga sebaliknya, dalilnya surah An-Nisa ayat 85 :

مَّن يَشْفَعْ شَفَاعَةً حَسَنَةً يَكُن لَّهُ نَصِيبٌ مِّنْهَا ۖ وَمَن يَشْفَعْ شَفَاعَةً سَيِّئَةً يَكُن لَّهُ كِفْلٌ مِّنْهَا ۗ وَكَانَ ٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ مُّقِيتًا

Barang siapa memberikan syafaat yang baik, niscaya ia akan memperoleh bagian (pahala) darinya; dan barang siapa memberikan syafaat yang buruk, niscaya ia akan memikul bagian (dosa) darinya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Dalil dari hadist :

اشْفَعُوا تُؤْجَرُوا، وَيَقْضِي اللَّهُ عَلَى لِسَانِ نَبِيِّهِ مَا شَاءَ

Berilah syafaat (pertolongan atau bantuan), niscaya kalian akan diberi pahala. Dan Allah akan menetapkan keputusan melalui lisan Nabi-Nya apa yang Dia kehendaki. 
(HR. al-Bukhari no. 1432, Muslim no. 2627)

Orang beriman akan selalu fokus pada kelemahan dirinya, agar dapat fokus memperbaiki kelemahan-kelemahan dirinya.


Kemudian syaikh beralih pada pertanyaan selanjutnya, apakah boleh memuji berlebihan terhadap Rasulullah ?
Memuji sesuai dengan kemuliaan Rasulullah, dan cara yang paling baik diantaranya dengan bershalawat kepada Rasulullah.

يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ وَلَا تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ...

Wahai Ahli Kitab! Janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar..." 
(QS. An-Nisa’: 171)

Perlu diingat bahwa syariat tidak membolehkan berlebihan dalam segala hal (ghuluw), karena diantara penyebab hancurnya umat-umat sebelumnya adalah ghuluw ; diantara penyebab hancurnya umat sebelumnya :

1. Harta.
2. Wanita.
3. Berlomba-lomba mengejar dunia.
4. Ghuluw dalam agama.

إِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِي الدِّينِ، فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِالْغُلُوِّ فِي الدِّينِ

Jauhilah sikap berlebih-lebihan dalam beragama. Sesungguhnya yang membinasakan orang-orang sebelum kalian adalah karena sikap berlebih-lebihan dalam agama.
(HR. An-Nasa’i no. 3057, Ibnu Majah no. 3029 – Hadis shahih)

Surah Al-Kahfi Ayat 110

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَـٰهُكُمْ إِلَـٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَآءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَـٰلِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

Katakanlah (Muhammad) : Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia seperti kalian, yang diwahyukan kepadaku bahwa sesungguhnya Tuhan kalian adalah Tuhan Yang Esa. Maka barang siapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya, hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.

Dalam ayat diatas Allah sebutkan hakikat Rasulullah adalah manusia biasa yang Allah berikan wahyu dan Allah yang mengutusnya.

لا تُطْرُوني كما أَطْرَتِ النصارى ابنَ مريمَ، فإنما أنا عبدُه، فقولوا عبدُ اللهِ ورسولُه

Janganlah kalian menyanjungku secara berlebihan sebagaimana kaum Nasrani menyanjung Isa putra Maryam. Aku hanyalah seorang hamba, maka katakanlah: Hamba Allah dan Rasul-Nya.
(HR. Bukhari no. 3445)

Berdasarkan dalil Al Qur'an dan hadist diatas maka tidak boleh bagi kita mengatakan Rasulullah yang menggenggam surga dan neraka, atau yang menjadikan segala yang sulit menjadi mudah, karena pujian tersebut berlebihan atau melampaui batas.

قَالَ : ابْتَلَقْنَا فِي وَفْدِ بَنِي عَامِرٍ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ ﷺ 
فَقُلْنَا : أَنْتَ سَيِّدُنَا. 
فَقَالَ : السَّيِّدُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى. 
قُلْنَا : وَأَفْضَلُنَا فَضْلًا وَأَعْظَمُنَا طَوْلًا. 
فَقَالَ : قُولُوا بِقَوْلِكُمْ أَوْ بَعْضِ قَوْلِكُمْ، وَلَا يَسْتَجْرِيَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ

(HR. Abī Dāwūd, shahīh menurut Al‑Albānī)  

Aku pernah bersama satu rombongan dari Bani ‘Āmir menemui Rasulullah ﷺ. 
Kami berkata: ‘Engkaulah Tuanku (Sayyidunā).’ 
Beliau menjawab: ‘Tuan yang sebenarnya adalah Allah Yang Maha Berkah dan Maha Tinggi.’ 
Kami berkata: ‘Dan Engkaulah yang terbaik di antara kami dari segi keutamaan dan yang teragung di antara kami dari segi kedudukan.’ 
Beliau bersabda: ‘Katakanlah apa yang ingin kalian katakan, atau sebagian dari apa yang ingin kalian katakan, dan jangan sampai setan membisikkan kepada kalian untuk berlebih‑lebihan.’

Berlebihan/ Ghuluw pada para Nabi-Nabi dan orang-orang shaleh adalah sifat kaum Nashara yang terjerumus menetapkan sifat Uluhiyyah dan Rububiyah pada para Nabi.

عَنْ الرُّبَيِّعِ بِنْتِ مُعَوِّذٍ، قَالَتْ: دَخَلَ عَلَيَّ النَّبِيُّ ﷺ غَدَاةَ بُنِيَ عَلَيَّ، فَجَلَسَ عَلَى فِرَاشِي كَمَا تَجْلِسُ أَنْتَ مِنِّي، وَجَوَارِيَّ يَضْرِبْنَ بِالدُّفِّ، يَنْدُبْنَ مَنْ قُتِلَ مِنْ آبَائِي يَوْمَ بَدْرٍ، إِذْ قَالَتْ إِحْدَاهُنَّ: وَفِينَا نَبِيٌّ يَعْلَمُ مَا فِي غَدٍ، فَقَالَ: «دَعِي هَذَا، وَقُولِي بِالَّذِي كُنْتِ تَقُولِينَ»

(HR. Bukhari no. 4001 dan Muslim no. 892)

Rubaīʿ binti Muʿawwidh berkata:
Rasulullah ﷺ datang menemuiku pada pagi hari pernikahanku. Beliau duduk di atas tempat tidurku seperti engkau sekarang duduk kepadaku, sementara beberapa gadis kecil kami sedang memukul rebana dan meratapi orang-orang tua kami yang gugur dalam Perang Badar. Lalu salah satu dari mereka berkata: ‘Di antara kami ada seorang Nabi yang mengetahui apa yang akan terjadi besok.’ Maka Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Tinggalkan ucapan itu, dan ucapkanlah seperti yang sebelumnya kalian ucapkan.’


Barakallahu fiikum
Wa jazakumullahu khair.

 

Bangun Keluarga dari Nol

 ﷽ 📌 Bangun Keluarga dari Nol 👤 Ustadz Mufy Hanif Thalib, Lc — hafizhahullah “Keluarga kokoh tak lahir dari kebetulan… mari kita bangun da...